Kisah Rezeki di Desa
( contoh konten story-telling)
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan pegunungan yang megah, terdapat pasar tradisional yang ramai. Berbagai penjual makanan tradisional berseliweran di sepanjang jalan pasar. Suara canda tawa dan bau harum makanan khas desa mengisi udara.
Ali: (dengan senyum cerah) Selamat pagi, Budi! Selamat pagi, Cici! Bagaimana kabar hari ini?
Budi: (sambil sibuk membalik martabak di penggorengan) Pagi juga, Ali! Alhamdulillah, baik-baik saja. Eh, Ali, aku dengar kabar nih, katanya kamu bakal bangun rumah baru?
Ali: (terkekeh) Oh ya? Kabar apa itu? Memangnya kamu jadi wartawan sekarang?
Cici: (sambil tersenyum) Iya, kabar itu udah meruak kemana-mana, Ali. Semua orang bertanya-tanya dari mana asal rezeki kamu tiba-tiba.
Ali: (tersenyum misterius) Ah, itu cuma gosip belaka. Tidak ada yang istimewa.
Budi:(bersemangat) Jangan begitu, Ali! Kami semua senang melihat teman kita sukses. Tapi, aku penasaran, dari mana asal uangnya? Apakah bisnis pisang gorengmu melesat tajam?
Ali: (sambil tertawa) Tidak juga, Budi. Sebenarnya, aku mendapat rezeki dari hasil menjual kebun pisang.
Cici: (terkejut) Kebun pisangmu? Tapi bukankah kamu biasa hanya menjual pisang goreng di pasar?
Ali: (mengangguk) Betul, tapi aku punya kebun pisang di belakang rumah. Beberapa waktu lalu, ada seorang pembeli yang tertarik dengan kebun itu dan menawar harga yang cukup menggiurkan. Jadi, aku jual saja.
Budi: (mengangguk mengerti) Wah, beruntungnya kamu, Ali. Itu memang rezeki yang tidak terduga.
Cici:(sambil tersenyum) Alhamdulillah. Semoga rumah barumu menjadi tempat yang nyaman untukmu dan keluarga, Ali.
Ali:(bersyukur) Amin, terima kasih, teman-teman. Semoga kita semua selalu diberi keberkahan dalam rezeki.
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing dengan senyum di wajah mereka. Meskipun masing-masing memiliki cerita dan perjuangan yang berbeda, mereka semua merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam kehidupan pedesaan yang alami itu. Di antara aroma makanan yang menggoda dan suara tawa, mereka menikmati setiap momen dalam keseharian mereka yang sederhana namun penuh makna.